Sejalan dengan perkembangan bahasa Indonesia, satu aspek yang penting ialah perjuangan pemakaian kata/istilah Indonesia untuk menunjukkan identitas bangsa (nation) yang dicita-citakan cendekiawan Indonesia. Semula mereka berasal dari berbagai suku-bangsa, namun ketika mereka berada di Nederland, mereka memerlukan pemahaman asal bangsa.
Majalah "Indonesia Merdeka" yang diterbitkan Perhimpunan Indonesia di Nederland, mencatat di dalam kata pengantarnya bahwa "Kita memasuki tahun baru dengan pakaian baru dan nama baru. Pergantian nama itu bukanlah hasil khayalan secara tiba-tiba, tetapi itu hanya merupakan penarikan sebuah garis, yang dimulai dengan perubahan Indische Vereniging menjadi Indonesische Vereniging".
Indische Vereniging adalah perkumpulan para mahasiswa Indonesia di Nederland, didirikan pada tanggal 15 November 1908, berubah menjadi Indonesische Vereeniging (1922), dan kemudian Perhimpunan Indonesia (1924). Majalahnya yang semula bernama Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka.
Peristiwa pergantian nama dan perjuangan mengganti nama Nederlandsch-Indie menjadi Indonesia, dicatat penyusun pertama Sejarah Pergerakan Nasional, J.Th. Petrus Blumberger. Ia mencatat bahwa sekitar tahun 1925 banyak organisasi yang berorientasi nasional memakai nama Indonesia dan ingin memberi isi ketatanegaraan ke dalam kata tersebut. Indonesia merdeka merupakan cita-cita pemuda-pemuda yang tergabung dalam berbagai perkumpulan dan organisasi pada masa pergerakan nasional.
Pemakaian istilah Indonesia berkaitan dengan konsep identitas nasional Indonesia yang tidak mempunyai kaitan keagamaan maupun kedaerahan tertentu, dan mulai diterima secara luas di kalangan elite. Di samping itu secara kultural identitas Indonesia ditopang oleh perkembangan di bidang budaya, suatu hasil kesusastraan baru mulai tumbuh yang didasarkan pada bahasa Melayu akhirnya sebagai kesusastraan dan bahasa Indonesia. Bahkan segala cabang penulisan, penerbitan menggunakan bahasa Indonesia (namanya bukan lagi bahasa Melayu). Oleh sebab itu, ketika Kongres Pemuda II pada tanggal 26-28 Oktober 1928 para pemuda berani mengikrarkan adanya bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Sementara itu, identitas Indonesia yang lain adalah lagu "Indonesia Raya" ciptaan W.R. Supratman, sebagai lagu kebangsaan. Identitas lagu Indonesia Raya ini merupakan keputusan dalam Kongres Pemuda II. Identitas "Sang Merah Putih" merupakan bendera Indonesia yang keberadaannya telah disepakati sebagai identitas kebangsaan Indonesia. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Hal ini merupakan sifat dasar bangsa Indonesia, yaitu berani karena benar. Di samping identitas tersebut masih adanya identitas lain yaitu budaya gotong-royong, sebuah budaya yang saling menghargai dan menghormati. Hal ini merupakan budaya luhur bangsa, dan merupakan identitas Indonesia.
Secara kronologis, pemakaian nama Indonesia sebagai identitas bangsa sebagai berikut.
- J.R Logan, seorang pegawai pemerintah Inggris di Penang dan redaktur Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia dalam karangannya di majalah tersebut (1850) telah menggunakan istilah Indonesia. Karangan Logan berjudul: "The Ethnology of the Indian Archipelago….". Pengertian Logan tentang itu sama artinya dengan kepulauan Hindia dan penduduknya disebut bangsa Indonesia.
- A. Bastian memakai kata Indonesien untuk judul bukunya (1884), yang dimaksud Bastian adalah kepulauan Melayu (Hindia). Sejak itu istilah Indonesia dipakai dalam ilmu ethnologi, hukum adat, dan ilmu bahasa. Dalam hubungan ini besar jasa guru-guru besar Universitas Leiden sangat besar, misalnya R.A Kern, Snouck Hurgronye dan van Vollenhoven yang menyebarluaskan pemakaian kata Indonesie di dalam karya-karya mereka. Sudah barang tentu para pelajar Indonesia di Nederland, yang tergabung dalam PI mengetahui tentang istilah itu.
- Tatkala para mahasiswa di Nederland pada tahun 1908 hendak mendirikan perkumpulan, dan kemudian menetapkan nama organisasinya Indische Vereniging. Sementara itu, orang-orang Indo di Indonesia, memberi nama organisasinya Insulinde.
- Sebagai istilah pengetahuan, nama Indonesia makin populer dipakai, di samping nama Nusantara. Sebuah biro pers di Nederland yang didirikan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1913, bernama Indonesisch Perbureau.
Dari semua itu, Perhimpunan Indonesialah yang melantingkan kata Indonesia di dalam pengertian ketatanegaraan. Perumusannya tertuang dalam artikel: "Indonesia sama artinya dengan Nederlandsch Indie, sebagai pengertian ketatanegaraan bagi negara Indonesia yang akan datang. Indonesia tidak hanya berarti telah tercapainya tujuan, tetapi kesatuan, kekuasaan untuk mewujudkan diri sendiri.
Perhimpunan Indonesia dalam setiap kesempatan secara terus menerus menyuarakan nama Indonesia sebagai identitas bangsa yang berusaha membangkitkan tujuan dan cita-cita menentang imperialisme dan kolonialisme. Propaganda Perhimpunan Indonesia di Nederland ternyata mendapat sambutan hangat dari kaum pergerakan nasional dalam negeri seperti lahirnya Perhimpunan Pemuda Pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926 di Jakarta dan berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927 di Bandung. Kedua organisasi pergerakan nasional tersebut ikut menggunakan dan menyebarluaskan kata Indonesia sebagai identitas kebangsaan.
Pembentukkan identitas nasional makin jelas dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta. Kongres berhasil mengikrarkan: satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Hal ini menunjukkan secara tegas dan jelas bahwa nasionalisme Indonesia mendapat dukungan dari semua suku bangsa yang mencakup dari wilayah Sabang sampai Merauke. Sejak saat itu, bahasa Melayu sebagai pengantar di Nusantara disebut bahasa Indonesia.
Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya diperdengarkan dalam kongres yang makin memantapkan rasa nasionalisme bangsa. Kata Indonesia dalam politik kenegaraan digunakan pula dalam Volksraad (dewan perwakilan rakyat) oleh Fraksi Nasional di bawah pimpinan Moh. Husni Thamrin. Ia mengumumkan akan menggunakan bahasa Indonesia pada setiap pidato dalam sidang-sidang Volksraad.
Penggunaan kata Indonesia sebagai identitas kebangsaan makin dipopulerkan para sastrawan Peojangga Baroe, seperti Armyn Pane, Sutan Takdir Alisyahbana, dan Amir Hamzah. Melalui karya-karyanya tercemin bahwa mereka dengan sadar menggunakan kata "Indonesia" sebagai bahasa dan identitas kebangsaaan yang akan dibaca oleh semua kalangan di Indonesia.
Akhirnya istilah Indonesia resmi menjadi arti politik ketatanegaraan secara nasional dan internasional setelah pernyataan Proklmasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Perjuangan pengesahan nama Indonesia merupakan suatu proses penting dalam sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia.